IQNA

Laporan IQNA tentang Fenomena Qurani Pertama dalam Imperium Britania Raya;

Perjalanan Al-Quran ke Britania; Dari Masuknya Manuskrip Pertama sampai Kehadiran dalam Majelis Umum (Part 1)

7:29 - November 17, 2016
Berita ID: 3470810
BRITANIA (IQNA) - Kisah perjalanan al-Quran ke imperium Britania Raya layak untuk didengar; sebuah perjalanan dimana kitab suci muslim dalam bentangan zaman menghadapi pelbagai insiden tak terhitung, seperti pelarangan publikasi, pembakaran, penistaan dan bahkan menciptakan keraguan, yang sampai sekarang ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sebagian masyarakat Britania Raya.

Menurut laporan IQNA, al-Quran termasuk salah satu kitab paling laku di seluruh penjuru dunia dan ada banyak sekali naskah kitab suci ini di 1500 masjid Britania. Lebih dari 2 juta 700 ribu muslim juga memiliki satu naskah al-Quran di setiap rumahnya dan harus ditambahkan juga dengan jumlah naskah-naskah al-Quran yang ada di sejumlah perpustakaan, museum dan lembaga-lembaga pendidikan Britania.

Namun kisah perjalanan kitab suci ini ke imperium Britania juga layak untuk didengar; karena perjalanannya tidak gampang dan sementara itu pelarangan publikasi kitab suci ini, pembakaran naskah-naskah al-Quran, penistaan kalam wahyu Ilahi dan bahkan keraguan, isu dan syubhat terkait ayat-ayat Ilahi ini telah mereka ciptakan, kesemuanya adalah fenomena-fenomena yang muncul dalam bentangan zaman untuk kitab suci tersebut dan sampai sekarang ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sebagian masyarakat Britania Raya.

Tahun 656 Masehi; Penulisan Al-Quran

Pada masa kekhilafahan Utsman bin Affan, khalifah ketiga, karena perbedaan dialek Arab, terlihat perselisihan dalam bacaan qiraat sebagian ayat-ayat al-Quran. Penulisan al-Quran diperintahkan dengan dialek Quraiys dan manuskrip-manuskrip al-Quran tulisan tangan tersebut dikirim ke pelbagai kawasan, seperti Mekah, Basra, Kufah, Syam, Bahrain dan Yaman, dimana mushaf tersebut populer dengan Mushaf Utsmani. Dengan berlalunya 100 tahun, manuskrip mushaf tersebut juga sampai di pelbagai kawasan lainnya, seperti China, India di Timur dan Spanyol di Barat.


Tahun 1000 Masehi; Muncul Seni Penulisan Al-Quran

Selama dua abad 10 dan 11 Masehi, seni penulisan al-Quran marak sebagai salah satu bentuk publikasi. Dengan kemajuan seni penulisan khat Arab, gambar dan lukisan-lukisan dekoratif untuk margin halaman, maka khat Arab mengalami kemajuan signifikan dan juga mengalami perubahan dalam bentuk dan ukuran huruf dan lebih indah. Lambat laun, lukisan dan gambar-gambar dekoratif marginal halaman juga marak sebagai bagian dari seni penulisan al-Quran dan khat Arab dalam penulisannya.

Perjalanan Al-Quran ke Britania; Dari Masuknya Manuskrip Pertama sampai Kehadiran dalam Majelis Umum (Part 1)

Mushaf Imperatur Utsmani


Tahun 1095 Masehi; Perang Salib

Pada tahun 1095 Masehi, Paus Urban II mengumumkan bahwa negara-negara Kristen adalah penting nan suci, yang sejatinya ini adalah sebuah tuntutan untuk mengambil kembali tanah-tanah suci Palestina dari tangan kaum muslim. Sejak saat itu dimulailah perang Salib, yang merupakan kesinambungan pertempuran-pertempuran 200 tahun. Hasil dari perang Salib adalah masyarakat Eropa bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban Islam dari dekat dan sebagian dari mereka mempelajari Arab dan sebagian lainnya juga mempelajari sastra adab, tradisi dan sunnah-sunnah Islam, seperti memakai minyak wangi; demikian juga akibat dari perang-perang tersebut, banyak sekali bahasa-bahasa Arab seperti alkohol, aljabar, khorazm dll masuk dalam bahasa-bahasa Eropa.

Perjalanan Al-Quran ke Britania; Dari Masuknya Manuskrip Pertama sampai Kehadiran dalam Majelis Umum (Part 1)

Peta Kekuasaan salibisme di Syam setelah Perang Salib


Tahun 1537 Masehi; Percetakan Naskah Al-Quran Pertama

Percetakan al-Quran dimulai sejak dekade ke 15 Masehi, namun di luar wilayah Arab Islam. Naskah pertama al-Quran dicetak pada tahun 1537 Masehi di kota Bunduqiyah, Italia. Para saudagar Venice dengan menjual naskah-naskah al-Quran ke masyarakat Turki Utsmani, yang memiliki hubungan niaga terdekat dengan Bunduqiyah, menganggap naskah-naskah tersebut sebagai bagian dari interaksi-interaksi terpentingnya, dan sementara itu naskah-naskah al-Quran dijual ke ulama dan para peneliti Kristen di universitas-universitas Eropa. Namun mayoritas muslim menentang ide percetakan al-Quran dan menurut mereka naskah tulisan tangan memiliki urgensitas lebih; karena naskah-naskah cetak senantiasa berada dalam bahaya kekeliruan cetakan. Sementara itu umat Kristiani juga menentang publikasi naskah-naskah al-Quran, dan karenanya Paus Paulus, pemimpin agama Kristen memerintahkan seluruh naskah cetakan dikumpulkan dan dibakar, dikarenakan takut akan dakwah Islam dan ajaran-ajaran al-Quran, yang dianggap sebagai bid’ah.

Perjalanan Al-Quran ke Britania; Dari Masuknya Manuskrip Pertama sampai Kehadiran dalam Majelis Umum (Part 1)

Naskah pertama al-Quran dicetak pada tahun 1537 Masehi di kota Venice, Italia.  


Tahun 1588 Masehi; Permusuhan dengan Al-Quran di Era Ratu Elizabeth

Perdagangan di Britania dan negara-negara Islam di laut Mediterania pada abad ke 16 semakin santer. Banyak sekali pelaut dan saudagar Britania memeluk agama Islam dikarenakan interaksi dan komunikasi dengan kaum muslim. Hal ini membuat khawatir ratu Elizabeth I, pada saat itu juga, masyarakat Turki Utsmani yang menjarah tepi-tepi laut Mediterania dan samudra Atlantik, juga menguasai tepi-tepi barat Britania pada tahun 1625 dan mulai menjarah tepi-tepi tersebut. Sejatinya kondisi yang ada tidak menguntungkan Islam dan muslim dan percekcokan kalimat dan kritikan terhadap Islam mencapai puncaknya. Hal ini bahkan juga direfleksikan dalam drama Timur Leng, karya Christopher Marlowe, pada tahun 1588. Ia secara congkak mengizinkan dirinya untuk menista Rasulullah (Saw) dan membakar manuskrip al-Quran di atas panggung teater.

Perjalanan Al-Quran ke Britania; Dari Masuknya Manuskrip Pertama sampai Kehadiran dalam Majelis Umum (Part 1)

Ratu Elizabet I 


Tahun 1636 Masehi; Orientasli Pertama di Britania

Atensi riset tentang Islam pada abad ke 12 Masehi semakin meningkat dan karenanya universitas Oxford memprioritaskan jabatan khusus guna mengkaji bahasa Arab, sampai akhirnya Edward Pococke sibuk melakukan penelitian terkait hal tersebut. Edward Pococke adalah orientalis pertama Britania. Ia berpendapat bahwa informasi-informasi yang ada tentang ajaran-ajaran al-Quran dan juga riset-riset sebelumnya umat Kristen tentang Islam, karena berlandaskan pada terjemahan-terjemahan keliru al-Quran, maka tidak mengetengahkan gambaran yang benar tentang Islam. Dengan demikian ia meminta riset-riset rasional, historis dan realita tentang Islam. Demikian juga ia mengajari bahasa Arab kepada John Locke, filosof ternama Britania.

Perjalanan Al-Quran ke Britania; Dari Masuknya Manuskrip Pertama sampai Kehadiran dalam Majelis Umum (Part 1)

Patung Edward Pococke


(Bersambung….)

http://iqna.ir/fa/news/3542577

captcha