IQNA

IQNA:

Penghancuran Masjid Babri; Simbol Kekerasan dan Kebencian di Demokrasi Terbesar di Dunia

10:10 - December 08, 2020
Berita ID: 3474846
TEHERAN (IQNA) - Dua puluh delapan tahun lalu, Masjid Babri di India dihancurkan oleh ekstrimis Hindu. Langkah tersebut memicu gelombang kekerasan agama dan kebencian terhadap Muslim di negara itu, yang menewaskan ratusan Muslim. Diskriminasi dan kekerasan terhadap Muslim di India mencapai puncaknya selama periode pemerintahan nasionalis ekstremis Narendra Modi.

IQNA melaporkan, dua puluh delapan tahun yang lalu pada hari ini pada tahun 1992, sekelompok ekstremis Hindu Vishva Hindu Parishad (VHP) menyerang Masjid Babri dan menghancurkannya. Tindakan keras itu memicu kekerasan massal di seluruh India yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.

Meski 28 tahun telah berlalu sejak pembongkaran masjid ini, kejadian ini dikenal sebagai salah satu hari paling kelam di India setelah kemerdekaan dan berdampak besar pada politik negara ini selama bertahun-tahun.

Ketegangan-ketegangan yang dimulai beberapa hari sebelumnya, mencapai puncaknya pada 6 Desember 1992. Demonstrasi massa berubah menjadi kekerasan dan mereka mulai meneriakkan slogan anti-Muslim sore itu. Mereka secara bertahap mulai menghancurkan Masjid Babri dengan mengatasi aparat keamanan. Insiden tersebut menyebabkan kerusuhan yang meluas di seluruh negeri yang menewaskan dan melukai ratusan orang serta menyebabkan ribuan orang mengungsi.

Penghancuran Masjid Babri; Simbol Kekerasan dan Kebencian di Demokrasi Terbesar di Dunia

Sejatinya, perselisihan antara umat Hindu dan Muslim atas sebidang tanah seluas 2,77 hektar di Ayodhya, Uttar Pradesh. Umat ​​Hindu mengklaim bahwa tanah itu adalah tempat kelahiran Rama, salah satu dewa Hindu, sementara umat Islam mengatakan situs itu dikenal sebagai Masjid Babri, yang dibangun pada masa pemerintahan Babur Gurkhani pada abad ke-16. Namun, umat Hindu percaya bahwa Masjid Babri dibangun pada tahun 1528 dengan pembongkaran Kuil Rama.

Pada tahun 1885, beberapa umat Hindu di Faizabad mengajukan petisi untuk menyembah Dewa Rama di dalam Masjid Babri, tetapi pengadilan menolak. Pada tahun 1949, beberapa kelompok Hindu memasuki masjid dan menempatkan patung Rama di dalamnya. Akhir tahun itu, pemerintah mengumumkan masjid sebagai area yang disengketakan dan menutup pintu-pintunya.

Pada 1986, pengadilan setempat memerintahkan agar gerbang masjid dibuka dan umat Hindu diizinkan beribadah di sana. Dengan protes umat Islam terhadap perintah pengadilan, maka dibentuk komite aksi Masjid Babri.

Pada tahun 1990, masjid tersebut dirusak oleh kelompok Hindu yang mengakibatkan kekerasan. Namun, puncak ketegangan ini pada tahun 1992 yang menyebabkan kerusuhan yang meluas di India yang menewaskan lebih dari 2.000 orang. Pemerintah pusat kemudian membentuk komisi untuk mengusut masalah tersebut.

Penghancuran Masjid Babri; Simbol Kekerasan dan Kebencian di Demokrasi Terbesar di Dunia

Pada tahun 2017, Mahkamah Agung memutuskan bahwa masalah tersebut sensitif dan harus diselesaikan di luar pengadilan. Demikian juga mengimbau semua pemangku kepentingan untuk menemukan dialog dan solusi yang bersahabat. Namun, Dewan Wakaf Syiah mengumumkan bahwa masjid baru akan dibangun pada jarak dari lokasi yang disengketakan.

Pada tahun 2019, sebuah pengadilan yang terdiri dari lima hakim yang diketuai oleh Ranjan Gogoi dibentuk untuk mendengarkan kasus sengketa tanah tersebut. Pada 9 November 2019, pengadilan mengeluarkan putusan bersejarah yang membuka jalan bagi pembangunan Kuil Rama sebagai gantinya. Mahkamah Agung juga memberi umat Islam sebidang tanah lain untuk membangun masjid.

Ranjan Gogoi mengatakan dalam keputusannya bahwa pemerintah harus menyerahkan tanah seluas 5 hektar kepada dewan wakaf Sunni.

Bertepatan dengan peringatan ke-28 tahun pembongkaran masjid ini, konflik antara umat Islam dan Hindu meningkat di dunia maya. Pengguna Muslim, dengan meluncurkan hashtag  #BabriYaadRahegi pada peringatan pembongkaran masjid, menyebut keputusan pengadilan tidak adil dan aib bagi negara demokrasi. Seorang pengguna Muslim mengatakan menurutnya tujuannya adalah untuk menghancurkan masjid, bukan membangun kuil.

Penghancuran Masjid Babri; Simbol Kekerasan dan Kebencian di Demokrasi Terbesar di Dunia

Kekerasan terhadap Muslim di India telah menjadi hal yang biasa dalam beberapa dekade terakhir, terutama di bawah pemerintahan ekstremis Narendra Modi dan yang disebutnya sebagai negara demokrasi terbesar di dunia. Beberapa statistik menyebutkan jumlah Muslim yang tewas dalam kekerasan itu mencapai 10.000 orang. (hry)

 

3939333

captcha